Liputan Khusus (Lipsus) La Ode M. Murdani.
TINTABERITABABEL, BANGKA BARAT — Teka teki otak di balik penyelundupan pasir timah sebanyak 90 ton di Dusun Kampak, Desa Jebus, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, akhirnya Terbongkar dan menjadi pertanyaan publik.
Kenapa tidak, Ibarat pepatah “Lempar batu sembunyi tangan”. Pepatah ini mungkin pantas disematkan dalam kasus penyelundupan pasir timah di Dermaga RT 003, Dusun Kampak, Akhir Jenuari tahun 2024 lalu.
Kalau Henky alias Cebol dikenal sebagai koordinator penyelundupan timah di Pantai Mentigi, Desa Teluk Limau, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat.
BACA JUGA: Fakta Penyelundupan 50 Ton, Kuli Pukul Dibayar 600 Ribu Dan Koordinatornya Cebol
Kini berbeda dengan Tomo. Tomo, diduga merupakan salah satu tangan kanan, Big Boss otak penyelundupan puluhan ton timah dari dermaga kampak.
Tomo diketahui mendapat mandat dari bos ANG sebagai panglima lapangan yang mengatur termasuk membiayai para kuli pikul ratusan kampil timah selundupan melalui kedua kaki nya yakni Mul dan Saparudin untuk membayar upah pikul kepada masyarakat.
BACA JUGA: Kasus Penyelundupan Timah 90 Ton Muncul 3 Nama Baru, Rian Mengaku Digaji Rp 400 Ribu
Ketua RT 03 Dedi, yang juga di konfirmasi Tinta Babel, terkait penyelundupan 90 ton membenarkan kegiatan bongkar muat timah tersebut. Malahan Ia mengaku ikut memikul timah yang dimaksud.
Ia menceritakan kalau upah memikul tersebut di bayar Rp 500 rupiah/kg, mengejutkan lagi ia menceritakan kalau kapal yang memuat timah itu milik bos ANG. Tidak hanya kapal dermaga yang digunakan penyelundupan 90 ton juga milik ANG.
“Jadi begini ceritanya kalau dermaga dan kapal itu yang kami tau punya ANG, ini laporannya tapi Tiba-tiba malam itu, ada orang bongkar kami pun terkejut juga dan kadus juga kaget, jadi semua masyarakat disini ikut andil termasuk saya juga yang pikul timah itu,”kata Ketua RT.
Iapun mengetahui bahwa timah tersebut dari Kecamatan Parittiga dan borongan masyarakat Rp 50 juta, masyarakat sempat menanyakan “bagaimana pak Rt, ia cuma mengatakan kerja saja asal dapat uang.
BACA JUGA: Berkaitan Timah 50 Ton, Polsek Jebus Periksa 3 Orang Pemilik Kapal
Ketika ditanyakan apakah proses bongkar muat itu ada anggota yang stan by, Ia mengaku ada dua orang menggunakan pakaian preman. saat ditanyakan lagi selain Mul siapa lagi yang ikut komunikasi dengan kuasa pemilik barang, di katakan ada nama Saparudin.
Kepala Dusun (Kadus) Kampak Hasim, saat di konfirmasi membenarkan adanya kegiatan tersebut di wilayah mereka. Namun ia tidak tau pasti karena tidak ikut dalam proses bongkar muat karena malam itu dirinya sedang tertidur pulas.
Namun saat ditanyakan apakah benar ada nama Mul dan Saparudin yang merupakan warganya, menurut Hasim benar adanya nama itu. Tapi peran dari kedua itu merupakan koordinator lapangan ia menjawab tidak tau.
“Nama itu ada disini mereka tinggal di ujung kalau mul dekat dermaga kalau Saparudin disana arah ke Jebus, kalau masalah pembayaran saya tidak tau menau,”ungkapnya.
Saat ditanyakan apakah Pak Hasim mengetahui Dermaga dan kapal itu punya siapa, dijelaskan Hasim bahwa dermaga tersebut baru di buat dan itu milik ANG dan anak buanya ada permisi ke perangkat desa.
“Kalau Dermaga itu miliknya ANG anak buanya yang permisi ke kami atas nama Tomo, mereka cuma bilang cuma pakai sekali dan selanjutnya dermaga itu untuk masyarakat siapa tau bisa digunakan untuk mancing,”ujarnya.
Saat kembali ditanyakan bahwa Tinta Babel mendapatkan informasi timah itu punya ANG. Menurut Hasim benar punya bos ANG itu, dan Iapun mendengar semua di bayar rp 45 juta dan tambahan 5 juta sebagai bonus.
“Punya ANG lah itu, jadi begini terus terang saja masyarakat tidak tau menahu mereka cuma ambil upah memikul, sebesar Rp 400 ribu, adalah sisa uang itu mereka masyarakat berikan kepada orang tua di dusun ini, ada juga janda janda di sini dibagikan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu,”kata Hasim
Disinggung masalah izin buat dermaga siapa nama anak buahnya ANG, masih dikatakan Hasim dan menjawab itu adalah Tomo Warga Dusun Kerang, Desa Jebus, anak bua ANG. Awal certia di jelaskan Hasim. Tomo menemuinya dan berkata mau membawa timah dari Dabo Singkep ke Jebus ternyata beda ceritanya yang ada timah dari sini bawa ke luar.
“Rumah Mul di pinggir dermaga itu coba saja kesana, kemarin pun sudah saya bilang itu kalau ada kegiatan disini kami tidak mau ada orang luar yang kerja ambil upah, kami tidak mau, jadi saya juga sudah tegaskan mereka timah itu mau di tangkap atau mau di apain kami tidak ada urusan yang jelas masyarakat kami cuma ambil upah pikul,”jelasnya.
Mul yang ditemuin Tinta Babel, di kediamannya saat di Konfirmasi, Senin (18/3/24) membenarkan dirinya yang membayar gaji masyarakat. Ia pun mengakui hanya membantu Tomo.
“Kalau yang punya timah itu saya tidak tau, saya dengan tomo, kami hanya diskusi masalah upah memikul, karena waktu itu saya bilang ke tomo kalau upah memikul nya tidak sesuai jangan muat disini, jadi tomo mengarahkan kepada saya bongkar dan kegiatan ini sepenuhnya, saya yang atur. Termasuk saya lah yang menerima uang pikul itu dan saya juga yang bagi uang itu ke masyarakat,”ucapnya.
Iapun mengaku membayar ke masyarakat itu Rp 500 rupia perkilo, dan semua dana itu Rp 45 juta dan diberikan bonus nya lagi Rp 5juta jadi total Rp 50 juta. Saat dikonfirmasi lagi apakah Mul mengetahui kepemilikan timah tersebut seperti yang dikatakan RT dan Kadus bahwa timah itu milik ANG, menurut Mul dirinya tidak tahu yang mana nama ANG itu. rupa ANG pun ia tidak mengetahui secara detail.
“Saya tidak tau punya siapa, saya tahunya cuma Tomo, adalah waktu seminggu masuk berita yang heboh. itu teman dari kota Pangkalpinang juga tanyak kesaya, punya siapa timah itu. Saya bilang tidak tau,” ungkapnya.
Saat tanyakan mengenai keberadaan anggota Airud di pos ketika proses penyelundupan itu terjadi. Lanjut Mul setahunya tidak ada anggota Airud di pos dan waktu itu sepi karena proses bongkar muat itu pada malam minggu.
“Kapal ini kan dari luar sebenarnya, jadi informasi yang kami dapat itu kan, timah dari luar mau bawah kesini, ternyata dari sini mau bawah keluar, jadi malam itu, waktu itu kapal masuk saya bilang kok kosong mana timahnya, mana barangnya kami udah siap di dermaga itu, Tiba-tiba mobil datang bawah timah, kalau tomo ini setahu kami dia kerja sama ANG,”jelasnya.
Berbekal nama Tomo, Tinta Babel kembali mencari kediaman Sang yang dimaksud, Senin (18/3/24) malam. Tomo untuk mengkonfirmasi keterlibatan nya terkait penyelundupan timah 90 ton tersebut. Namun saat sampai di kediaman Tomo. Tomo tidak ada di tempat dan hanya bisa bertemu dengan sang istri Yakni Safina, saat pulang dari Trawe.
“Bang tomo nya tidak ada, beliau lagi di laut, mau tanyak masalah apa nanti besok saya sampaikan ke dia, suami saya pulang sekitar jam 11 siang besok.” tutup istrinya.
ANG bos yang di maksud oleh perangkat desa, saat dikonfirmasi Tinta Babel, Senin (18/3/24) kemarin. Hingga berita ini dirilis memilih bungkam dan tidak membalas konfirmasi Tinta Babel melalui pesan WhatsApp.
Kapolsek Jebus Kompol Albert H Tampubolon S.H Saat di konfirmasi, Rabu (20/3/24) terkait nama nama Saparudin, Mul dan Tomo, mengatakan pihaknya akan lidik dulu nama nama tersebut.
“Akan mendalami terkait nama nama yang sudah disebutkan dalam pemberitaan,”kata Albert.
Saat dikonfirmasi lagi terkait nama nama yang di sebut oleh para tukang pikul dan perangkat desa, menurutnya Albert pihaknya akan memanggil orang-orang yang dimaksud.
“Akan menyelidiki lah yang jelas terbukti kita proses.”pungkasnya. (arf)