TINTA BABEL — Hari psoriasis sedunia diperingati setiap tanggal 29 Oktober. Peringatan Hari Psoriasis Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang psoriasis dan memberikan dukungan kepada penderita psoriasis.
Tahun ini, International Psoriasis Association atau IFPA mengangkat tema “Access for All” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya akses pengobatan yang terjangkau dan tepat waktu bagi seluruh penderita psoriasis (IFPA, 2023). Diperkirakan ada 60 juta orang yang hidup dengan psoriasis di seluruh dunia (Parisi et al., 2020). Di kawasan Eropa, prevalensi psoriasis mencapai 1,5–3% sedangkan di kawasan Asia mencapai 0,4–0,7% (Suwarsa et al., 2018). Cuaca dingin dan kelembapan rendah dapat memperburuk gejala psoriasis (Balato et al., 2013).
Hingga saat ini belum ada data epidemiologi yang komprehensif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cholis et al pada tahun 1999, prevalensi psoriasis vulgaris di 10 rumah sakit pendidikan di Indonesia mencapai 0,59%–0,92% (Cholis et al., 1999).
Psoriasis merupakan peradangan kronis pada kulit yang ditandai dengan adanya plak pada kulit akibat tubuh memproduksi sel kulit terlalu cepat (Huizen, 2023). Berbeda dengan stigma yang beredar di masyarakat, psoriasis bukanlah penyakit menular atau disebabkan oleh kebiasaan kebersihan yang buruk.
Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh kelainan genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor eksternal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya psoriasis seperti infeksi terutama oleh bakteri streptokokus dan HIV, penggunaan obat-obatan tertentu, kebiasaan merokok, dan obesitas (Branch, 2017).
Gejala psoriasis umumnya muncul pada usia 30–39 atau 60–69 tahun pada pria dan 10 tahun lebih awal pada wanita (Parisi et al., 2020). Gejala yang timbul pada penderita psoriasis seperti lesi berupa plak dan bercak pada kulit berwarna merah keunguan yang ditutupi lapisan kulit menyerupai sisik berwarna putih. Umumnya lesi terbentuk pada bagian kulit yang sering bengkok seperti siku dan lutut, badan, serta kulit kepala. Gejala dapat bertambah parah jika dipicu oleh stres, cuaca, dan luka pada kulit (Cabang, 2017).
https://www.bronzedangel.je/news/mcl54k2pwcilonqfs2se5kyc791h00
Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, namun pengobatan yang tepat dapat memperbaiki gejala pada pasien. Psoriasis ringan hingga sedang diobati dengan obat topikal seperti salep, losion, gel, atau krim. Sedangkan pada penderita psoriasis sedang hingga berat, umumnya penderita diberikan obat sistemik (Dipiro, 2020). Selain penggunaan obat-obatan, beberapa upaya nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk membantu meringankan gejala psoriasis dan mencegah kekambuhan adalah sebagai berikut:
Manajemen stres bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan dapat mengurangi keparahan psoriasis. Metode pengelolaan stres dapat dikonsultasikan dengan psikolog klinis (Law, 2013).
Penggunaan pelembab dapat meningkatkan fungsi pelindung kulit. Selain itu pelembab dapat menjaga kelembapan stratum korneum yang merupakan bagian terluar kulit, mengurangi pelepasan sel kulit mati, dan mengurangi pruritus (Law dan Gulliver, 2019).
Penggunaan tabir surya sebelum beraktivitas di luar ruangan dapat mencegah kambuhnya psoriasis yang dipicu oleh paparan sinar matahari. Tabir surya yang direkomendasikan adalah dengan faktor perlindungan matahari (SPF) 30 atau lebih (Law dan Gulliver, 2019).
4. Tidak Menggunakan Sabun Yang Dapat Mengiritasi
Penggunaan sabun dan deterjen yang mengandung pewangi, pengawet, dan pewarna dapat meningkatkan potensi iritasi kulit sehingga sebaiknya dihindari. Selain itu, hindari penggunaan alat scrub kulit yang kasar untuk mencegah terjadinya iritasi (Sharon dan Robinson, 2020).
Artikel ditinjau oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm
Referensi
