TINTA BABEL — Pola Rambut Rontok Pria (MPHL), suatu bentuk kerontokan rambut progresif tanpa jaringan parut, telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Angka kejadian MPHL terus meningkat. Sebuah penelitian di Tiongkok menemukan bahwa tingkat kejadian MPHL meningkat dari 21,3% pada tahun 2010 menjadi 27,5% pada tahun 2021 (Mu et al, 2021).
MPHL dapat mempengaruhi perasaan seseorang, menimbulkan stres psikologis, dan berdampak negatif terhadap kualitas hidup (McDonald et al, 2017). MPHL berkaitan dengan banyak faktor, antara lain genetika, kecemasan, waktu tidur, usia, indeks massa tubuh (BMI), riwayat penyakit, aktivitas fisik, nutrisi, dan merokok (Choi et al, 2021).
Asupan makanan diperkirakan memegang peranan penting, dan banyak penelitian menunjukkan dampak negatif pola makan yang tidak sehat (diet rendah buah dan sayur namun tinggi lemak dan natrium) terhadap MPHL. Sebagai komponen utama dalam pola makan yang tidak sehat, konsumsi gula tambahan yang berlebihan dapat memengaruhi rambut rontok (Figlak et al, 2019; Lennon, 2023).
Minuman manis yang biasa dikonsumsi oleh kalangan muda adalah minuman cair yang dimaniskan dengan berbagai bentuk tambahan gula. Minuman manis antara lain soda/minuman ringan, jus dengan tambahan gula, minuman olahraga, minuman energi, susu manis, dan teh/kopi manis (Anderson, 2023; Bose, 2023). Di Indonesia, tingkat konsumsi minuman manis sangat tinggi yaitu mencapai 91,40% (Kemenkes RI, 2019).
Penelitian di China melaporkan bahwa konsumsi minuman manis tertinggi terjadi pada kelompok umur 13-29 tahun (22,38%) (Pan et al, 2022). Penelitian terkini menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan minuman manis dikaitkan dengan penyakit kronis, obesitas, kerusakan gigi, dan masalah emosional. Sebagai sumber makanan utama tambahan gula, minuman manis merupakan faktor risiko potensial untuk MPHL (Bailey et al, 2018).
Salah satu penyebab tingginya asupan minuman manis di kalangan generasi muda adalah kurangnya kesadaran akan dampak buruk minuman manis, meskipun banyak penelitian sebelumnya yang melaporkan dampak buruk minuman manis bagi kesehatan, khususnya MPHL.
Studi kualitatif menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi persepsi kesehatan minuman, seperti warna dan transparansi kemasan minuman. Penyakit kronis dan kematian merupakan hal yang sangat samar dan jauh bagi kaum muda sehingga mereka tidak mau melepaskan kepuasan yang didapat dari minuman manis demi kesehatan jangka panjang.
Oleh karena itu, eksplorasi lebih lanjut mengenai dampak kesehatan yang mungkin dan nyata dari minuman manis di masa muda dapat membantu mengurangi asupan minuman manis (Shi et al, 2023).
Shi dkk merekrut 1.028 siswa dan guru dengan usia rata-rata 27,8 tahun untuk melihat hubungan antara minuman manis dan rambut rontok. Kriteria yang dipilih berdasarkan (Shi dkk, 2023):
- Status sosiodemografi
- Status rambut
- Asupan makanan
- Gaya hidup
- Status psikologis
Selain itu, penelitian yang dilakukan Shi dkk menemukan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi minuman manis berlebihan dengan MPHL.
Beberapa mekanisme potensial dapat dijelaskan baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengacu pada pengaruh langsung minuman manis terhadap MPHL, tingginya kandungan gula pada minuman manis menyebabkan tingginya konsentrasi gula dalam darah yang dapat memicu konversi glukosa menjadi sorbitol. Penelitian lain menunjukkan bahwa pemanfaatan glukosa dalam jalur pembentukan sorbitol dapat mengurangi jumlah glukosa yang tersedia untuk keratinosit pada selubung akar luar folikel rambut dan menyebabkan keratinosit kekurangan energi.
Kurangnya energi pada keratinosit selubung akar luar dianggap sebagai kemungkinan penyebab MPHL. Selain itu, asupan gula yang berlebihan seringkali dibarengi dengan asupan lemak yang berlebihan, dan pola makan yang tinggi lemak juga diduga berhubungan dengan MPHL (Shi et al, 2023).
Artikel direview oleh : apt. Sofa Dewi Alfian, MKM, Ph.D
Referensi