Liputan Khusus: La Ode M Murdani
TINTABERITABABEL.COM — Ternyata Oh Ternyata, penyelundupan pasir timah sebanyak 90 ton di Dusun Kampak, Desa Jebus, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat di bulan Jenuari tahun 2024 lalu. Ternyata telah tersusun rapi dan sudah direncanakan Jau-jau hari.
Lantas bagaimana modus para pelaku itu melakukan aksinya, hingga sulit untuk dikejar pada saat itu. Penyelundupan sebanyak 90 ton rupanya tidak langsung di bawa ke Singapura atau ke Malaysia.
Timah yang bertolak dari dusun Kampak, lebih dulu singga ke sebua pulau yang disebut Pulau 7 dan berada diperbatasan Pulau Bangka dan Kepulauan Riau, yang mana pada saat itu timah tersebut dimuat lagi ke Kapal Isap Produksi (KIP) dan pihak KIP diduga membuat dokumen palsu. Seakan-akan timah tersebut hasil produksi kapal.
Dari KIP itulah, timah tersebut dibawa lagi ke sebua Smelter yang berada dipulau Batam. Modus ini dipakai oleh para pengusaha dipulau Bangka. Bahkan GN yang ikut dalam penyeludupan timah tersebut saat ini telah berada di Pulau Belitung yang mana modus serupa akan dilakukannya kembali dan menunggu jadwal keberangkatan.
Mengejutkannya lagi Oknum inisial GN ini menurut informasi yang berhasil didapatkan awak media. Telah menyiapkan dana senilai Rp 1 meliar dan rencananya akan mengirim pasir timah diselah selah pilkada tahun 2024 mendatang nanti.
Diberitakan sebelumnya. Tomo, diduga merupakan salah satu tangan kanan, Big Boss otak penyelundupan puluhan ton timah dari dermaga kampak.
Tomo diketahui mendapat mandat dari bos ANG sebagai panglima lapangan yang mengatur termasuk membiayai para kuli pikul ratusan kampil timah selundupan melalui kedua kaki nya yakni Mul dan Saparudin untuk membayar upah pikul kepada masyarakat.
Ketua RT 03 Dedi, yang juga di konfirmasi Tinta Babel, terkait penyelundupan 90 ton membenarkan kegiatan bongkar muat timah tersebut. Malahan Ia mengaku ikut memikul timah yang dimaksud.
Ia menceritakan kalau upah memikul tersebut di bayar Rp 500 rupiah/kg, mengejutkan lagi ia menceritakan kalau kapal yang memuat timah itu milik bos ANG. Tidak hanya kapal dermaga yang digunakan penyelundupan 90 ton juga milik ANG.
“Jadi begini ceritanya kalau dermaga dan kapal itu yang kami tau punya ANG, ini laporannya tapi Tiba-tiba malam itu, ada orang bongkar kami pun terkejut juga dan kadus juga kaget, jadi semua masyarakat disini ikut andil termasuk saya juga yang pikul timah itu,”kata Ketua RT.
Iapun mengetahui bahwa timah tersebut dari Kecamatan Parittiga dan borongan masyarakat Rp 50 juta, masyarakat sempat menanyakan “bagaimana pak Rt, ia cuma mengatakan kerja saja asal dapat uang.
Ketika ditanyakan apakah proses bongkar muat itu ada anggota yang stan by, Ia mengaku ada dua orang menggunakan pakaian preman. saat ditanyakan lagi selain Mul siapa lagi yang ikut komunikasi dengan kuasa pemilik barang, di katakan ada nama Saparudin.
Kepala Dusun (Kadus) Kampak Hasim, saat di konfirmasi membenarkan adanya kegiatan tersebut di wilayah mereka. Namun ia tidak tau pasti karena tidak ikut dalam proses bongkar muat karena malam itu dirinya sedang tertidur pulas.
Namun saat ditanyakan apakah benar ada nama Mul dan Saparudin yang merupakan warganya, menurut Hasim benar adanya nama itu. Tapi peran dari kedua itu merupakan koordinator lapangan ia menjawab tidak tau.
“Nama itu ada disini mereka tinggal di ujung kalau mul dekat dermaga kalau Saparudin disana arah ke Jebus, kalau masalah pembayaran saya tidak tau menau,”ungkapnya.
Saat ditanyakan apakah Pak Hasim mengetahui Dermaga dan kapal itu punya siapa, dijelaskan Hasim bahwa dermaga tersebut baru di buat dan itu milik ANG dan anak buanya ada permisi ke perangkat desa.
“Kalau Dermaga itu miliknya ANG anak buanya yang permisi ke kami atas nama Tomo, mereka cuma bilang cuma pakai sekali dan selanjutnya dermaga itu untuk masyarakat siapa tau bisa digunakan untuk mancing,”ujarnya.
Saat kembali ditanyakan bahwa Tinta Babel mendapatkan informasi timah itu punya ANG. Menurut Hasim benar punya bos ANG itu, dan Iapun mendengar semua di bayar rp 45 juta dan tambahan 5 juta sebagai bonus.
“Punya ANG lah itu, jadi begini terus terang saja masyarakat tidak tau menahu mereka cuma ambil upah memikul, sebesar Rp 400 ribu, adalah sisa uang itu mereka masyarakat berikan kepada orang tua di dusun ini, ada juga janda janda di sini dibagikan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu,”kata Hasim
Disinggung masalah izin buat dermaga siapa nama anak buahnya ANG, masih dikatakan Hasim dan menjawab itu adalah Tomo Warga Dusun Kerang, Desa Jebus, anak bua ANG. Awal certia di jelaskan Hasim.
Tomo menemuinya dan berkata mau membawa timah dari Dabo Singkep ke Jebus ternyata beda ceritanya yang ada timah dari sini bawa ke luar.
“Rumah Mul di pinggir dermaga itu coba saja kesana, kemarin pun sudah saya bilang itu kalau ada kegiatan disini kami tidak mau ada orang luar yang kerja ambil upah, kami tidak mau, jadi saya juga sudah tegaskan mereka timah itu mau di tangkap atau mau di apain kami tidak ada urusan yang jelas masyarakat kami cuma ambil upah pikul,”jelasnya.
Mul yang ditemuin Tinta Babel, di kediamannya saat di Konfirmasi, Senin (18/3/24) membenarkan dirinya yang membayar gaji masyarakat. Ia pun mengakui hanya membantu Tomo.
“Kalau yang punya timah itu saya tidak tau, saya dengan tomo, kami hanya diskusi masalah upah memikul, karena waktu itu saya bilang ke tomo kalau upah memikul nya tidak sesuai jangan muat disini, jadi tomo mengarahkan kepada saya bongkar dan kegiatan ini sepenuhnya, saya yang atur. Termasuk saya lah yang menerima uang pikul itu dan saya juga yang bagi uang itu ke masyarakat,”ucapnya.
Iapun mengaku membayar ke masyarakat itu Rp 500 rupia perkilo, dan semua dana itu Rp 45 juta dan diberikan bonus nya lagi Rp 5 juta jadi total Rp 50 juta. Saat dikonfirmasi lagi apakah Mul mengetahui kepemilikan timah tersebut seperti yang dikatakan RT dan Kadus bahwa timah itu milik ANG, menurut Mul dirinya tidak tahu yang mana nama ANG itu. rupa ANG pun ia tidak mengetahui secara detail.
“Saya tidak tau punya siapa, saya tahunya cuma Tomo, adalah waktu seminggu masuk berita yang heboh. Itu teman dari kota Pangkalpinang juga tanyak kesaya, punya siapa timah itu. Saya bilang tidak tau,” ungkapnya.
Saat tanyakan mengenai keberadaan anggota Airud di pos ketika proses penyelundupan itu terjadi. Lanjut Mul setahunya tidak ada anggota Airud di pos dan waktu itu sepi karena proses bongkar muat itu pada malam minggu.
“Kapal ini kan dari luar sebenarnya, jadi informasi yang kami dapat itu kan, timah dari luar mau bawah kesini, ternyata dari sini mau bawah keluar, jadi malam itu, waktu itu kapal masuk saya bilang kok kosong mana timahnya, mana barangnya kami udah siap di dermaga itu, Tiba-tiba mobil datang bawah timah, kalau tomo ini setahu kami dia kerja sama ANG,”jelasnya.
Berbekal nama Tomo, Tinta Babel kembali mencari kediaman Sang yang dimaksud, Senin (18/3/24) malam. Tomo untuk mengkonfirmasi keterlibatan nya terkait penyelundupan timah 90 ton tersebut. Namun saat sampai di kediaman Tomo. Tomo tidak ada di tempat dan hanya bisa bertemu dengan sang istri Yakni Safina, saat pulang dari sholat Trawe.
“Bang tomo nya tidak ada, beliau lagi di laut, mau tanyak masalah apa nanti besok saya sampaikan ke dia, suami saya pulang sekitar jam 11 siang besok.” tutup istrinya.
ANG bos yang di maksud oleh perangkat desa, saat dikonfirmasi Tinta Babel, Senin (18/3/24) kemarin. Hingga berita ini dirilis memilih bungkam dan tidak membalas konfirmasi Tinta Babel melalui pesan WhatsApp.
Selain 90 Ton yang melibatkan Tomo dan ANG. Mungkin pembaca setia Tinta Babel juga pasti ingat dengan penyeludupan timah 40 melalui jalur Pantai Mantigi, Desa Teluk Limau, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat
Kegiatan penyeludupan timah 40 ton ini juga telah disusun rapi dan sudah diatur dan cuma memakan satu minggu kerja. Ya begitulah ceritanya awak media baru baru ini berhasil bertemu dengan pelaku yang melakukan penyeludupan tersebut. Kita sebut saja koordinator yang merupakan atasan Cebol
Kala itu, Mister X, spontan mengirim timah yang berjumlah 40 ton itu secara mendadak. Hingga Mister X, lupa kalau pada malam di bulan puasa Air laut sedang surut dan proses pemindahan timah dari mobil truck ke kapal menggunakan ponton. Hingga proses pemuatannya dilakukan pada siang hari.
Mister X juga menjelaskan saat itu dirinya didatangi oleh dua orang pria yang diutus oleh seseorang bos dari Jakarta. Yang menginap di penginapan Taman Duku. Ia sendiri juga baru mengenal selama satu minggu dan ternyata dirinya cuma ditugaskan untuk melakukan pengiriman timah tersebut dan koordinasi sudah diatur oleh sang bos yang berada di Jakarta.
Diberitakan sebelumnya, aktivitas bongkar muat timah dari mobil ke kekapal itu ternyata bertepatan pada saat malam puasa dan pukul 02.00 wib. Proses bongkar muat timah dan di selundupkan keluar pulau Bangka itu,
Ternyata sebagian kuli pikul merupakan warga Teluk Limau itu sendiri dan di koordinir oleh pria keturunan Tionghoa warga dusun Pahlawan, Desa Teluk Limau.
Hal itu terkuak ketika, Tinta Babel mencari informasi di Desa Teluk Limau, terkait kabar berdar adanya aktivitas Selundupan timah tersebut. Dari telusuran Tinta Babel muncul nama Armani (48) warga Teluk Limau, selaku kuli pikul.
Kepada Tinta Babel, Armani menceritakan awalnya dirinya hendak ke laut untuk memancing Tiba tiba dikarenakan cuaca yang tidak mendukung Ia dipanggil oleh cebol (36) warga dusun Pahlawan, untuk membantu memikul timah, setelah kegiatan itu selesai upah dari pikul itu tidak dibayar oleh cebol.
“Tidak jelas itu nak, om disuruh pikul untuk bantu mereka, cuma kerjanya itu pagi, setelah kami pikul gaji om, tidak di bayar dan sampai sekarang cebol pun tidak tau kemana,”kata Armani.
Menurut Armani dirinya sempat juga didatangi oleh Kepolisian, Khususnya Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polda Babel dan di mintai keterangan. Ia (Armani), menjawab apa adanya karena cama mengambil upah untuk memikul.
“Ada kemarin polisi kesini, saya cuma jelaskan yang saya tau bahwa ada kurang lebih 50 ton, karena kerja siang jadi saya ikut, kalau malam mana berani saya, kalau mau jelas tanyak cebol lah orang cina di pahlawan, pokoknya banyak yang mikul itu,”ucapnya.
Dikatakan Armani waktu itu, Ia ikut mikul pukul 07.00 WIB. Ia juga mengatakan bahwa kapal tersebut sudah ada sejak sebelum penyelundupan timah itu terjadi,
Terpisah Murhadi (30) warga teluk limau yang juga ikut terlibat dalam kuli pikul, mengatakan dirinya dibayar upah sebesar Rp 600 ribu. Murhadi juga menceritakan dirinya tidak tau siapa bos pemilik dari timah tersebut namun dijelaskan murhadi bahwa cara mereka kerja yang pertama mereka pikul dari mobil langsung ke ponton dan dari ponton langsung ke kapal dikarenakan air yang surut dan kandas hinggal kapal tersebut tidak bisa menepi.
“600 ribu kami dibayar orang itu ada juga orang cina tapi saya tidak tau namanya, kami ada 20 orang lebih yang mikul, kami juga cuma diajak teman kami tidak tau siapa bosnya, kami kerja itu pukul 04.00 WIB. Sampai jam 11 siang, mereka bawa timah itu menggunakan 4 unit mobil dengan warna hijau satu dan 3 nya warna kuning,”ujarnya.
Saat ditanyakan apakah waktu melakukan pikul memikul ada melihat aparat TNI maupun Polri yang menjaga aktivitas itu. Menurut Murhadi dia tidak melihat anggota di lokasi.
“Saya cuma lihat orang cina saya dilapangan saya tidak lihat ada aparat disitu karena gelap juga kondisinya waktu saya Mikul timah,”ungkapnya.
Kades Teluk Limau, Jemaun saat ditemui di kantornya mengatakan tidak tau tentang kegiatan penyelundupan tersebut. Ia mengaku cuma mengetahui informasi tersebut dari sejumlah media yang sudah viral.
“Informasinya begitu cuma kami tidak tau itu, soalnya saya juga baru tau setelah baca berita di Media,” jelasnya.
Ketua RT 12 Dusun Pahlawan, Desa Teluk Limau, Bulien, saat dikonfirmasi di kediamannya, mengatakan mendengar adanya polisi yang datang, hanya saja saat itu, Ia sedang tidak berada di rumah dan sedang berada di Kecamatan Parittiga, menghadiri hari 300 kelaurganya meninggal.
“Saya ada dengar juga itu, cuma polisi waktu darang mereka juga tidak melibatkan kita maka kami tidak tau secara pasti kejadian tersebut. Jadi jujur saja cebol ini saya baru dengar namanya kalau dia saudara Pesek saya pun baru tau
Dari hasil penelusuran, Tinta Babel cebol dikabarkan kediamannya, telah di gerebek oleh kepolisian, Polairud Polda Babel, namun belum diketahui secara pasti apakah telah diamankan atau belum.
Dikabarkan juga, keluarga cebol bahwa ada usaha jual beli timah yang selama razia beberapa waktu lalu mereka sempat membeli.
Agar berita tersebut berimbang, cebol diupayakan untuk di konfirmasi oleh Tinta Babel, di tempat beli timahnya milik Pesek, namun keduanya tidak berada meski awak media tau ada seseorang di dalam gudang tersebut.
Terus apakah sangkuatan Asun pelaku penyeludupan timah 273 kampil dan hubunganya dengan 40 ton milik Cebol dan Mister X. Ya ada ternyata dalam proses pengiriman 40 ton timah di Desa Teluk Limau. Secara Diam – diam Cebol melakukan komuniksai dengan Asun tanpa pengetahuan Mister X. Untuk Nebeng mengirim timah secara bersamaa dengan kapal yang berbeda.
Namun proses pengiriman timah milik Asun gagal karena, pengiriman 40 ton telah heboh dan viral di sejumlah media.
Diberitakan sebelumnya Tidak mau kecolongan ketiga kali, Tim gabungan Subdit IV Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Bangka Belitung, Polres Bangka Barat dan Polsek Jebus berhasil mengamankan ratusan kampil Pasir Timah yang disimpan disebua rumah yang beralamat Jalan Perantau, Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, Sabtu (16/3/24) pukul 01.20 WIB.
Informasi yang berhasil dihimpun dan Pantauan Tinta Babel, Barang Bukti (BB) 273 kampil timah yang telah di goreng dan di kemas kedalam karung selanjutnya disimpan di sebuah rumah yang tidak jau dari lokasi titik penyelundupan pantai Mantigi Teluk Limau.
Penangkapan 273 kampil timah tersebut, berawal dari hasil anggota Polsek Jebus, Jum’at 15 Maret 2024 sekira pukul 21.00 wib anggota mendapatkan informasi bahwa ada 1 rumah di jalan Perantau Desa Teluk Limau di jadikan tempat penyimpanan pasir timah tanpa izin, lalu tim gabungan langsung menuju TKP.
Dipukul 23.00 wib tim gabungan Polres Bangka Barat dan Polsek Jebus berhasil mengamankan sebanyak 273 Karung yang di duga berisikan pasir timah di dalam rumah Rufiadin alias Sarwa, namun Sarwa tidak berada di TKP hanya ada istri nya saja. Lalu barang bukti sebanyak 273 karung yang di duga pasir timah di angkut menggunakan dum truck untuk di amankan di Polsek Jebus.
Kemudian Tim Gabungan mendapatkan informasi bahwa Sarwa berada di wilayah Sungailiat Kabupaten Bangka, dan sekira pukul 04.30 WIB, Tim gabungan berhasil mengamankan Sarwa dan selanjutnya dibawa ke Mapolsek Jebus.
Dari hasil introgasi polisi terhadap Sarwa diketahui bahwa pemilik dari 273 karung yang diduga pasir timah tersebut milik Bong Sun Loy alias Asun (50) warga Dusun Pala, Desa Teluk Limau. Pukul 06.00 WIB tim gabungan berhasil mengamankan Asun di kediamannya yang beralamat di dusun Pala, Desa Teluk Limau.
Kemudian yang bersangkutan di bawa ke mako Polsek Jebus untuk di mintai keterangan. Dari pengakuan Asun bahwa memang benar 273 karung yang diduga pasir timah tersebut adalah milik dirinya, timah di dapat sebagian dari hasil tambang sendiri dan sebagian beli dari penambang.
Dalam Proses persidangan Asun dan Sarwa. Terkuak janji manis asun yang akan menjamin anak istri Sarwa agar mengaku otak penyeludupan itu harus di akui oleh sarwa. Namun janji Asun kepada Sarwa cuma memberikan harapan palsu.
Hal itu terungkap saat, Salma istri Sarwa berhasil diwawancara Tinta Babel di kediamannya, Kamis (27/6/24) siang. Salma mengungkapkan kalau otak dibalik penyeludupan timah tersebut merupakan Asun dan bukan suaminya.
“Waktu hari kamis (07/3/24) lalu, suami saya (Sarwa) di telepon Asun dan asun mengatakan kalau harga timah bagus kemudian suami saya disuruh pulang ke Bangka, saat masih di kapal Ferry dari Tanjungpinang Kepulauan Riau, tepatnya malam minggu. Tiba-tiba asun langsung memuat timah sebanyak 3 ton untuk di simpan ke rumah kami dan itu sebelum penyeludupan timah 40 ton pada malam senin. Tepatnya Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946,”kata Salma.
Salma juga mengungkapkan kenapa suaminya diawal sidang memberikan keterangan berbeda karena dijanjikan oleh Asun akan menjaminnya dan suaminya didalam penjara dan ternyata semua itu nol bulat.
Salma juga, mengaku kalau dirinya hanya mengaharapkan bua kepala beberapa batang untuk mencukupi kebutuhannya sehari hari. Pernjian Asun yang ingin mencukupi kebutuhannya bersama sang bua hati. Sang Suami pun menyanggupi dengan cara mengaku bahwa sang suamilah otak penyelundupan tersebut.
“Dihasil pemeriksaan suami saya dan Asun berbeda, seakan akan suami saya otak penyeludupan timah itu. Dihari penyeludupan itukan pada malam senin sampai Senin siang. Sementara malam minggu timah itu sudah ada dirumah saya, Jadi kalau dia Asun bilang timah itu dia bawa kerumah kami karena ada penyeludupan yang sudah tersebar itu bohong saya sudah mendengar keterangan suami saya semua,”ujarnya.
Untuk diketahui, Sarwa merupakan anak buah Bong Sun Loy alias Asun salah satu pemain lama timah ilegal di Dusun Pala, Desa Teluk Limau, Kecamatan Parititiga, Kabupaten Bangka Barat.
Keduanya ditangkap tim gabungan Subdit IV Dirreskrimsus Polda Babel, Polres Bangka Barat dan Polsek Jebus dengan barang bukti 273 kampil timah ilegal Maret 2024 lalu. Barang bukti tersebut sengaja disembunyikan Asun di rumah Sarwa.
Selain keduanya, polisi juga mengamankan Tarmadi pemilik kapal yang rencananya akan membawa timah selundupan Asun ke Malaysia.
Dalam kasus ini, Apakah Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Bangka Belitung Irjen Pol Hendro Pandowo yang merupakan satu angkatan Kapolri bisa mengusut kembali kasus lama ini ?
Sementara nama para pelaku sudah jelas dan dibenarkan oleh sejumlah masayarakat dan aparat Desa Jebus. Diketahui aksi penyeludupan timah di pulau Bangka saat ini sedang gencar gencarnya pasca kasus Korupsi tata niaga Komoditas Timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di PT. Timah Tbk
Tidak hanya pasir timah yang sudah digoreng dan diselundupkan melalui pelabuhan tikus. Kegiatan penyelundupan balok timah juga marak saat ini dan dikirim melalui Pelabuhan Pangkalbalam serta Pelabuhan Tanjung Kalian Mentok Bangka Barat. (**)
( Berita Ini Dirangkum dan memiliki rekaman dan Bukti lainya)