5 Instansi Penjaga Keamanan Laut Di Babel Kebobolan, Ratusan Ton Timah Selundupan Goodbey

oleh -917 views
oleh
Gudang timah yang di maksud oleh para kuli pikul, ternyata terdapat tempat penggorengan timah yang diketahui milik Pesek, Foto: La Ode M. Murdani

TINTABERITABABEL — Genap satu bulan sebelas hari, siapa sebenarnya dalang dari otak penyelundupan pasir timah melalui jalur laut menggunakan Kapal Motor (KM) Kayu, yang terjadi di kecamatan Jebus dan Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat.

Penyelundupan pasir timah yang jumlahnya sudah mencapai ratusan ton tersebut telah berhasil mengecoh 5 instansi yang selama ini, menjaga perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel),

Siapa saja mereka, instansi itu yakni Badan Keamanan Laut (Bakamla), Kepolisian Perairan (Polair), Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kementerian Perhubungan, Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan TNI Angkatan Laut.

Aktivitas penyelundupan di perairan Kabupaten Bangka Barat ini, telah mengguncang publik pasalnya sudah dua kali instansi terkait kebobolan akan aksi ilegal penyelundupan pasir timah tersebut hingga menjadi perhatian publik.

Seperti yang terjadi di dermaga dusun Kampak, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Rabu (31/1/24) lalu. Kabar penyelundupan itu tersiar di berbagai media online, bahkan jumlah pasir timah yang di beritakan itu mencapai 90 ton. Hingga upah pikul yang di bayar ke masyarakat mencapai Rp 50 juta.

Baca Juga: Fakta Penyelundupan Timah Puluhan Ton, Kuli Pikul Sebut Dibayar 600 Ribu Dan Dikoordnator Oleh Cebol

Bahkan informasi yang berhasil dihimpun oleh Tinta Babel, kegiatan itu milik pengusaha ternama di kecamatan Jebus dan di kafer oleh seorang oknum aparat bersama rekan rekannya, hingga malam itu jalan masuk ke Dusun Kampak tidak dilalui warga karena di palang dan dijaga ketat.

Kini aksi penyelundupan itu, Lagi dan lagi kembali terjadi hanya di tempat yang berbeda yakni di pesisir pantai Mentigi, Desa Teluk Limau, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat. Dari hasil penelusuran Tinta Babel berhasil menemukan. Seorang pria (48) tahun yang mengaku ikut memikul pasir timah tersebut.

Armani yang mengaku sebagai kuli pikul dan diupah Rp 200 ribu dan belum dibayar, foto: La Ode M. Murdani

Armani (48) warga Desa Teluk Limau, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, saat ditemui Tinta Babel, mengaku salah satu dari 20 orang kuli pikul melampiaskan kekesalannya, karena upah pikul miliknya belum dibayar oleh Cebol Pria keturunan Tionghoa (36) warga dusun Pahlawan, Desa Teluk Limau. Cebol disebut oleh Armani merupakan koordinator atau pengendali penyeludupan pasir timah yang diduga mencapai 50 ton.

“Kurang lebih 50 ton, awalnya saya ini kesitu mau mancing, karena ombak besar saya kembali, ketika saya mau pulang kerumah meraka (cebol-red) itu minta saya bantu muat timah itu dengan alasan meraka mau kasih saya upah Rp 200 ribu. Kerjanya siang bukan malam makanya saya berani, saya pikir kalau siang kan bukan ilegal, itu pikiran saya Timah itu sudah di pantai pas saya ada disana, saya juga kemarin pas datang Airud temuin saya saya bilang juga yang tukang pikul kayak saya jangan di libatkan mereka tidak tau apa apa dan hanya makan gaji,”kata Armani.

Lokasi tempat nyelundup yang di tunjuk RT setempat setelah hasil dari keterangan kuli pikul, Foto: La Ode M. Murdani

Terpisah, Murhadi (30) warga teluk limau yang juga ikut terlibat dalam kuli pikul, mengatakan dirinya dibayar upah sebesar Rp 600 ribu. Murhadi juga menceritakan dirinya tidak tau siapa bos pemilik dari timah tersebut namun dijelaskan murhadi bahwa cara mereka kerja yang pertama mereka pikul dari mobil langsung ke ponton dan dari ponton langsung ke kapal dikarenakan air yang surut dan kandas hinggal kapal tersebut tidak bisa menepi.

“600 ribu kami dibayar orang itu ada juga orang cina tapi saya tidak tau namanya, kami ada 20 orang lebih yang mikul, kami juga cuma diajak teman kami tidak tau siapa bosnya, kami kerja itu pukul 04.00 WIB. Sampai jam 11 siang, mereka bawa timah itu menggunakan 4 unit mobil dengan warna hijau satu dan 3 nya warna kuning,”ujarnya

Berbekal dengan nama Cebol yang di sebut para kuli pikul, Tinta Babel kembali menelusuri rumah atau gudang Cebol dan diketahui cebol merupakan adek kandung Pesek yang merupakan kolektor timah. Saat berada dilokasi seorang pria mengintip Awak media dan bersembunyi digudang yang diketahui masyarakat bekas Biliar dan tempat pembelian biji timah oleh Pesek yang sudah beberapa tahun beroperasi.

Gudang timah yang di maksud oleh para kuli pikul, ternyata terdapat tempat penggorengan timah yang diketahui milik Pesek, Foto: La Ode M. Murdani

Cebol yang di panggil panggil oleh awak media agar melengkapi konfirmasi, memili diam dan bersembunyi meski awak media tau ada orang didalam gudang tersebut. (ARF)

No More Posts Available.

No more pages to load.