2 Bulan Berlalu Penyelundupan 90 Ton Di Kampak Ternyata Dit Polairud Masih Lidik

oleh -774 views
oleh
Caption -- Gambar Ilustrasi kasus penyelundupan timah, Dok: Kompas sumber: https://regional.kompas.com/read/2020/11/04/07054581/pasir-timah-senilai-rp-27-miliar-diselundupkan-ke-malaysia

TINTABERITABABEL, BANGKA BARAT — Kasus penyelundupan 90 ton yang di muat menggunakan 11 unit kendaraan truck menuju ke dermaga Kampak, RT 003 Dusun Kampak, Desa Jebus, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat di bulan Jenuari 2024 Lalu milik Tomo dan Ang.

Ternyata masih dalam proses penyelidikan oleh Subdit Penegakkan Hukum (Gakkum) Direktorat Kepolisian Perairan dan Udaara (Dit Polairud) Kapolda Daerah (Polda) Kepulauan Bangka Belitung (Babel),

Kendati kasus yang cukup menghebohkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung genap 2 bulan. bayangan pelaku belum juga terungkap di publik.

Kasubdit Gakkum Ditpolairud Polda Babel AKBP Todoan Gultom, saat dikonfirmasi, Rabu (20/3/24) malam, mengatakan pihaknya masih melakukan lidik. Saat ditanyakan mengenai nama nama atau pelaku otak dari kasus penyelundupan itu, menurutnya pihaknya akan tindak tegas.

Kasubdit Gakkum Ditpolairud Polda Bangka Belitung, AKBP Todoan Gultom saat berada diruang kerjanya,

“Kami masih lidik pak dari informasi -informasi yang kami dapatkan. Yang pasti bila bukti bukti sudah secara jelas mengarah kepada siapa pelaku nya. Pasti kami tindak tegas,” kata Gultom.

Ketika dikonfirmasi lagi apakah nama nama Tomi Mul Saparudin dan ANG ada upaya untuk dimintai keterangan. AKBP T. Gultom tidak menjawab dengan alasan masih lidik kasus lain.

T

EKA – TEKI

otak di balik penyelundupan pasir timah sebanyak 90 ton di dusun Kampak, Desa Jebus, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat ahkirnya terbongkar

Kenapa tidak, Ibarat pepatah “Lempar batu sembunyi tangan”. Pepatah ini mungkin pantas disematkan dalam kasus penyelundupan pasir timah di Dermaga RT 003, Dusun Kampak, Akhir Jenuari tahun 2024 lalu.

Kalau Henky alias Cebol dikenal sebagai koordinator penyelundupan timah di Pantai Mentigi, Desa Teluk Limau, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat.

Kini berbeda dengan Tomo. Tomo, diduga merupakan salah satu tangan kanan, Big Boss otak penyelundupan puluhan ton timah dari dermaga Kampak.

Tomo diketahui mendapat mandat dari bos ANG sebagai panglima lapangan yang mengatur termasuk membiayai para kuli pikul ratusan kampil timah selundupan melalui kedua kaki nya yakni Mul dan Saparudin untuk membayar upah pikul kepada masyarakat.

Ketua RT 03 Dedi, yang juga dikonfirmasi Tinta Babel, terkait penyelundupan 90 ton membenarkan kegiatan bongkar muat timah tersebut. Malahan Ia mengaku ikut mikul timah yang dimaksud.

Ia menceritakan kalau upah mikul tersebut dibayar Rp 500 rupia/kg, mengejutkan lagi ia menceritakan kalau kapal yang memuat timah itu milik bos ANG. Tidak hanya kapal dermaga yang digunakan penyelundupan 90 ton juga milik ANG.

“Jadi begini ceritanya jadi dermaga dan kapal itu yang kami tau punya ANG, ini laporannya tapi tiba tiba malam itu, ada orang bongkar kami pun terkejut juga dan kadus juga kaget, jadi semua masyarakat disini ikut andil termasuk saya juga yang pikul timah itu,”kata Ketua RT.

Iapun mengetahui bahwa timah tersebut dari Kecamatan Parittiga dan borongan masyarakat Rp 50 juta, masyarakat sempat menanyakan bagaimana ia cuma mengatakan kerja saja asal dapat uang.

Ketika ditanyakan apakah proses bongkar muat itu ada anggota yang stan by, Ia mengaku ada dua orang menggunakan pakean pereman. saat ditanyakan lagi selain Mul siapa lagi yang ikut komunikasi dengan kuasa pemilik barang, dikatakan ada nama Saparudin.

Kepala Dusun (Kadus) Kampak Hasim, saat  dikonfirmasi membenarkan adanya kegiatan tersebut di wilayah mereka. Namun ia tidak tau pasti karena tidak ikut dalam proses bongkar muat karena malam itu dirinya sedang tertidur pulas.

Namun saat ditanyakan apakah benar ada nama Mul dan Saparudin yang merupakan warganya, menurut Hasim benar adanya nama itu. Tapi peran dari kedua itu merupakan koordinator lapangan ia menjawab tidak tau.

“Nama itu ada disini mereka tinggal di ujung kalau mul dekat dermaga kalau Saparudin disana arah ke Jebus, kalau masalah pembayaran saya tidak tau menau,”ungkapnya.

Saat ditanyakan apakah Pak Hasim mengetahui  Dermaga dan kapal itu punya siapa, dijelaskan Hasim bahwa dermaga tersebut baru di buat dan itu milik ANG dan anak buanya ada permisi ke perangkat desa.

“Kalau Dermaga itu miliknya ANG anak buanya yang permisi ke kami atas nama Tomo, mereka cuma bilang cuma pakai sekali dan selanjutnya dermaga itu untuk masyarakat siapa tau bisa digunakan untuk mancing,”ujarnya.

Saat kembali ditanyakan bahwa Tinta Babel mendapatkan informasi bahwa timah itu punya ANG. Menurut Hasim benar punya bos ANG itu, dan Iapun mendengar semua dibayar 45 juta dan tambahan 5 juta sebagai bonus.

“Punya ANG lah itu, jadi begini terus terang saja masyarakat tidak tau menau mereka cuma ambil upah pikul, sebesar Rp 400 ribu adalah sisa uang itu dan mereka masyarakat berikan kepada orang tua di dusun ini, ada juga janda janda disini dibagi Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu,”kata Hasim

Disinggung masalah izin buat dermaga siapa nama anak bua ANG itu, masih dikatakan Hasim yakni Tomo Warga Dusun Kerang, Desa Jebus, anak bua ANG. Awal certia dijelaskan Hasim bahwa Tomo menemuinya dan berkata mau membawa timah dari  Dabo Singkep Ke Jebus  ternyata beda ceritanya yang ada timah dari sini bawa ke luar.

“Rumah Mul dipinggir dermaga itu coba saja kesana, kemarin pun sudah saya bilang itu kalau ada kegiatan disini kami tidak mau ada orang luar yang kerja ambil upah, kami tidak mau, jadi saya juga sudah tegaskan mereka timah itu mau di tangkap atau mau di apain kami tidak ada urusan yang jelas masyarakat kami cuma ambil upah pikul,”jelasnya.

Mul yang ditemuin Tinta Babel, di kediamannya saat di Konfirmasi, Senin (18/3/24) membenarkan dirinya yang membayar gaji masyarakat. Ia pun mengaku hanya membantu Tomo.

“Kalau yang punya timah itu saya tidak tau, saya dengan Tomo hanya diskusi masalah upah pikul, karena waktu itu saya bilang ke Tomo kalau upah mikul nya tidak sesuai jangan muat disini, jadi Tomo mengarahkan kepada saya bongkar ini sepenuhnya, saya lah yang menerima uang pikul itu dan saja juga yang bagi itu ke masyarakat,”ucapnya.

Iapun mmengaku membayar ke masyarakat itu Rp 500 rupia perkilo, dan semua dana itu Rp 45 juta dan diberikan bonus nya lagi Rp 5juta jadi total Rp 50 juta. Saat dikonfirmasi lagi apakah Mul mengetahui kepemilikan timah tersebut seperti yang dikatakan RT dan Kadus bahwa timah itu milik ANG, menurut Mul dirinya tidak tahu yang mana nama ANG itu. rupa ANG pun ia tidak mengetahui secara detail.

“Saya tidak tau punya siapa, saya tahunya cuma Tomo, adalah waktu seminggu masuk berita yang heboh ity teman dari kota Pangkalpinang juga tanyak kesaya, punya siapa timah itu. Saya bilang tidak tau,” ungkapnya.

Saat tanyakan mengenai keberadaan anggota Airud di pos ketika proses penyelundupan itu terjadi. Lanjut Mul setahunya tidak ada anggota Airud di pos dan waktu itu sepi karena proses bongkar muat itu pada malam minggu.

“Kapal ini kan dari luar sebenarnya, jadi informasi yang kami dapat itu kan, timah dari luar mau bawah kesini, ternyata dari sini mau bawah keluar, jadi malam itu, waktu itu kapal masuk saya bilang kok kosong mana timahnya, mana barangnya kami udah siap didermaga itu, tiba tiba mobil datang bawah timah, kalau Tomo ini setahu kami dia kerja sama ANG,”jelasnya.

Berbekal nama Tomo, Tinta Babel kembali mencari kediaman Tomo untuk mengkonfirmasi keterlibatan nya terkait penyelundupan timah 90 ton tersebut. Namun saat sampai di kediaman Tomo. Tomo tidak ada di tempat dan hanya bisa bertemu dengan sang istri Yakni Safina, saat pulang dari Trawe.

“Bang Tomo nya tidak ada, beliau lagi di laut, mau tanyak masalah apa nanti besok saya sampaikan ke dia, suami saya pulang sekitar jam 11 siang besok.” tutup istrinya. (arf)

No More Posts Available.

No more pages to load.